Salah satu jurus yang sering dibilang ampuh dalam memenangi persaingan adalah inovasi. Inovasi atau mati, begitu jargonnya. Tanpa inovasi, jangan berharap bisnis akan lancar, pelanggan akan loyal, dan perusahaan akan tetap hidup. Sayangnya, banyak yang beranggapan bahwa inovasi lahir tiba-tiba lantaran sebuah ide yang cemerlang muncul selagi asyik minum kopi.
Berpuluh tahun yang silam, Thomas Alva Edison sudah membuktikan bahwa inovasi lahir sebagian dari ide dan lebih banyak lagi dari kerja keras. Hingga berhasil menciptakan lampu pijar yang layak pakai, Edison mesti melewati berpuluh kali kegagalan. Banyak contoh lain yang memperlihatkan kesamaan dengan pola ini. Bahkan, pada tataran pikiran sekalipun, Albert Einstein telah menunjukkan bahwa teori relativitas dilahirkan dari ketekunan. Riset mutakhir yang dikutip dalam The Innovator’s DNA menemukan bahwa inovasi lahir 30% karena ‘nature‘ dan 70% lantaran ‘nurture‘.
Kita bisa belajar, orang yang sanggup melewati medan yang melelahkan ini adalah orang yang sangat berdisiplin dan tidak lekas patah arang. Begitu pula, organisasi atau perusahaan yang inovatif juga bertumpu pada upaya pencarian yang teratur. Banyak perusahaan yang melakukan pendekatan terstruktur terhadap aktivitas inovasi sukses melipatgandakan tingkat keberhasilan inovasi mereka.
Dengan upaya yang terstruktur, sesuatu yang inovatif lebih mungkin dilahirkan dibandingkan dengan ikhtiar yang serampangan. Dengan cara yang berdisiplin, inovasi bisa lahir dari “orang-orang biasa” (Bukankah ada anggapan bahwa inovasi hanya lahir dari genius kreatif?). Kreativitas memang menolong, tapi tanpa ikhtiar yang disiplin jangan berharap inovasi akan lahir. Inovasi di dunia teater Indonesia misalnya lahir dari orang-orang kreatif yang bekerja keras seperti, untuk menyebut beberapa nama, Rendra, Riantiarno, dan Teguh Karya.
Dalam organisasi, setiap orang punya kewajiban untuk mencari cara-cara baru dalam memecahkan masalah. Mitos belaka bahwa inovasi hanya bisa dilahirkan di ruang-ruang riset dan pengembangan. Di ruang pemasaran, cara-cara baru menawarkan produk atau jasa mesti terus dipikirkan. Di ruang distribusi, cara-cara baru mengirimkan produk dengan cepat dan aman harus terus dicari. Di ruang SDM, cara-cara baru mengelola organisasi wajib terus digodog.
Bahkan, inovasi yang mencengangkan lahir dari tidak adanya sekat-sekat yang kaku antara berbagai departemen. Sebuah produk tablet yang hebat, misalnya, lahir dari beragam pemikiran yang disumbangkan oleh departemen desain, teknologi, pemasaran, penjualan, dan distribusi. Inovasi yang hebat di saat sekarang lahir dari kolaborasi dari pikiran yang cemerlang dan kerja keras yang penuh disiplin yang tersebar di seluruh organisasi. Bahkan, bisa pula melibatkan orang-orang di luar organisasi.
Menyebarkan virus inovasi ke seluruh departemen inilah tugas penting para manajer. Inovasi bisa lahir dari siapapun, dan menjadi tugas manajemen perusahaan untuk menyediakan lingkungan kerja yang menyegarkan bagi tersemainya virus inovasi. Umpamanya, terbuka bagi ide baru dan tidak menyerah pada kegagalan. Industri kreatif yang lagi digadang-gadang membutuhkan keterbukaan semacam ini.
Sumber : Forum Kompas