Proses Penulisan dan Rekaman Album
DT diproduseri oleh John Petrucci (JP) sang gitaris mulai menulis lagu untuk ADTOE pada awal November 2010. Menurut wawancaranya, JP mengaku penulisan lagu tersebut berlangsung selama 2.5 bulan. Proses perekaman kemudian dimulai awal Januari 2011 hingga awal Mei 2011. Fakta-fakta menarik:
- DT menulis lagu-lagu tanpa campur tangan drummer baru MM.
- JP memprogram semua drum di album ini untuk kemudian dimainkan dan dikembangkan sesuai dengan style MM
- James Labrie (JLB) sang vokalis merekam part vocal-nya di Canada, terpisah dari anggota DT yang lain
- John Myung (JM) sang bassist kembali berpartisi dalam penulisan lirik lagu lagi pertama kali setelah 11 tahun
- Album ini di-mixing oleh Sound Engineer pemenang Grammy Awards, Andy Wallace.
1. On The Backs of Angels (OTBOA)
Single pertama DT, dirilis akhir Juni 2011. OTBOA jelas memenuhi ekspektasi fans yang merindukan unsur progressive yang belakangan mulai tertutupi oleh dominannya unsur metal di musik DT. Unsur-unsur breakdown antar part lagu benar-benar ciri khas DT. Secara struktur lagu kita bisa dengar reference dari Pull Me Under (PMU), tapi tidak secara instan. MM mempertunjukkan konsep Polyrhythm-nya pada menit 2:08-2:22, dimana bass drum-nya mengikuti pattern riff gitar+bass, sementara splash cymbal-nya mengikuti melodi keybord Jordan Rudess (JR). Liriknya bercerita tentang keadaan reses ekonomi di USA, dan kebijakan perang mereka di Timur Tengah dan daerah belahan dunia lain.
Trivia: pada detik 3:26, kita bisa dengar suara klik di channel sebelah kiri headphone, suara metronome yang bocorkah?
2. Build Me Up, Break Me Down (BMUBMD)
Pada Desember 2010, saat fans DT seluruh dunia sibuk berspekulasi siapa drummer DT, MM update status di website-nya kalau dia sedang bereksperimen dengan Pearl E-Pro, elektronik drum. Saat itu juga, fans merasa MM bukanlah yang terpilih, karena kecil sekali kemungkinan DT menggunakan elektronik drum di lagu-lagunya. Ternyata, benar MM waktu itu mungkin sedang mengerjakan lagu ini. What a surprise! Intro elektronik drum klik sekali dipakai di lagu ini. Lagu yang sangat catchy dan berpotensial menjadi hits radio. Yang mengejutkan juga JLB berteriak keras di backing vocal chorus lagu ini seperti teriakannya di lagu Octavarium. Menarik untuk kita tunggu bagaimana DT mengakali bagian backing vocal ini pada saat live.
Trivia: pada detik 5:22 saat MM roll drum, ada suara dentuman keras seperti mic yang jatuh ke lantai… Atau MM kepukul mic saat roll drum itu??
3. Last Not Forgotten (LNF)
The new Under Glass Moon (UAGM)! Sound di intro, breakdown parts, struktur lagu, solo gitar, sangat gampang kita refer kepada UAGM. Tapi, ada yang beda di LNF, ya, instrumental unison dan harmonisasi pada menit 1:59-2:30 yang disebut tickle part (bagian yang menggelitik) oleh JP. Chorus yang mantap dan sangat catchy juga menjadi kelebihan penting lagu ini. Liriknya? Tentang pasukan penakluk legendaris Turki di abad pertengahan yang dikenang sepanjang masa tentang kehebatannya. Sound choir yang digunakan JR sangat bernuansa mistis yang pas dengan isi lirik lagu. Lagu yang sangat berpotensial menjadi favorit fans di live show mereka.
4. This is The Life (TITL)
Setelah 3 lagu bernuansa progressif dan penuh dengan riff-riff metal, hampir bisa ditebak lagu berikutnya bernuansa ballad. Sound gitar yang indah, vocal yang bikin merinding, lirik yang bernuansa positif. Lagu ini mungkin refleksi dari keadaan yang DT alami setahun belakangan ini. Tapi, isi liriknya tidak benar-benar gamblang menceritakan kepergian MP, melainkan lebih universal dan bisa kita kaitkan dengan episode kehidupan manusia. JLB sepertinya masih berpegang pada range nada yang aman sesuai dengan warna nada vokalnya yang sekarang. TITL berani beradu dengan Hollow Years dan Wither, tapi sayang belum mampu memberikan klimaks lagu ala Another Day.
5. Bridges In The Sky (BITS)
Lagu ini pada awalnya diumumkan berjudul The Shaman’s Trance, tapi kemudian diubah pada proses mixing album. Yang menarik? Intro dan outro lagu yang memperdengarkan efek sound keyboard JR yang seperti panggilan seorang Shaman (dukun) yang mungkin berasal dari suka Indian di Amerika dengan nuansa mistis yang kental. Setelah intro, JP langsung menerjang dengan heavy riff diikuti semua anggota band. Pemikiran pertama setelah mendengar lagu ini, what a perfect song to open a show! Sisa lagu sepanjang 11:01 menit ini dipenuhi parade heavy riffs dan instrumental section yang bikin mulut menganga. Tapi, dengan cerdik DT menghadirkan chorus lagu yang lebih ringan dari bagian-bagian lain. Modern DT sangat kental di lagu ini. Outro lagu menghadirkan sekali lagi panggilan sang Shaman yang seakan mencapai puncak spiritualitasnya.
6. Outcry
Outcry yang merupakan Track ke-6 di album ini pernah disebut MM di salah satu wawancara sebagai salah satu lagu yang dia terapkan Polyrhythm tingkat advance. Dia mengaku memainkan 3 time-signature berbeda dengan kedua kaki, tangan kiri dan tangan kanannya. Para drummer, ada yang bisa komentar di bagian mana yang dimaksud itu? Interlude Instrumental section dimulai menit 4:43 berlanjut sampai 8:43. Full 4 minutes of technical prowess. Lagu ini terstruktur mirip dengan Metropolis Part I. Dengan tema revolusi di Afrika Utara baru-baru ini, mungkin DT bisa lebih bereksperimen dengan nada-nada Arabic untuk mendapatkan feel lirik dan musik yang klop. Lagu ini lagi-lagi menambah PR sulit bagi para part time musician yang senang meng-cover DT.
7. Far From Heaven (FFH)
Pada bulan Juli 2011, wawancara JLB menyatakan kalau dia menulis lirik di lagu ini, berdasarkan film “Far From Heaven” yang dibintangi Julian Moore, pada 2002. Bercerita tentang pasangan suami isteri ideal dan ternama di Hartford Amerika. Mereka pada akhirnya harus menghadapi kenyataan sang suami adalah seorang homosexual, dan sang isteri jatuh cinta kepada tukang kebunnya seorang ras Negro. Lirik lagu ini secara gamblang menceritakan perasaan sang suami di part awal dan perasaan sang isteri di part akhir. JLB sangat mampu menangkap inti cerita dan menuangkannya dalam lirik. Lagu ballad ini dihiasi dengan permainan masterclass piano oleh JR, dilatarbelakangi oleh string section yang indah ala lagu Vacant. Musik FFH kemudian dilanjutkan di part-part lagu berikutnya, Breaking All Illusions.
8. Breaking All Illusions (BAI)
Yup, FFH dan BAI adalah cerminan Wait for Sleep dan Learning to Live. Lirik lagu ditulis oleh John Myung, yang sangat mencerminkan perasaannya sebagai seorang yang sangat pendiam. Di lagu ini, ada kata-kata di tengah lagu ala Space Dye Vest. Kata-kata tersebut direkam oleh Paul Northfield, sound engineer yang bekerja dengan DT dalam dua album sebelumnya. Quote yang berasal dari puisi Kahlil Gibran:
Your living is determined not so much by what life brings to you as by the attitude you bring to life; not so much by what happens to you as by the way your mind looks at what happens. Out of suffering have emerged the strongest souls; the most massive characters are seared with scars.Sejujurnya, BAI tidak memenuhi ekspetasi awal dalam hal ke-epik-an. Akan tetapi, usaha yang dilakukan DT patut diacungi jempol, dengan perhatian tertuju kepada solo gitar melodik oleh JP yang bisa disejajarkan dengan solo gitar pada Razor Edge dan The Best of Time. Menurut JP, JM banyak berkontribusi di lagu ini secara musikal dan ide-ide riff. Awal yang baik bagi JM untuk kembali secara kreatif berkontribusi kepada arah musikal DT. Kalimat terakhir lagu: “Karma starts the signal”, seperti member petunjuk bahwa ada sequel lagu di album DT berikutnya.
9. Beneath The Surface (BTS)
BTS adalah lagu milik JP, yang semula dimaksudkan untuk materi di album solonya. Tetapi, di akhir sesi penulisan ADTOE, dia merasa perlu satu lagu lagi sebagai cooldown untuk album ini. JLB menyanyikan chorus terakhir satu oktav lebih tinggi berusaha menangkap klimaks lagu. Tema liriknya mungkin mirip dengan TITL, tentang bagaimana seharusnya kita berani menghadapi permasalahan dalam hidup sampai berhasil menyelesaikan dan mengubur masalah itu. Lagu yang indah, walaupun sedikit redundant dimasukkan di album ini.
Pendapat tentang Struktur lagu-lagu ADTOE = Images And Words
Jelas sekali DT ingin memberikan feel classic DT di album ini kepada fans. Bagaimana mereka melakukannya? Di sini lah sisi kreativitas DT dituntut. Ingat, mereka hanya punya 2.5 bulan untuk menulis album ini. Tidak bisa dipungkiri peran penting MP dalam proses kreatif DT selama ini. Jadi, DT harus berpikir cepat untuk menangkap aura classic DT. Solusinya. Images And Words (IAW) yang sampai saat ini banyak dipuji sebagai karya terbaik DT menjadi reference mereka dalam menulis lagu-lagu di album ini. Tidak semua lagu, dan hanya dalam hal struktur lagu. Ini bukan hilangnya sisi originalitas, justru ini adalah sebuah kemenangan DT dalam pertimbangan untung rugi dan proses kompromi atas metode dan hasil.
DT tanpa MP? = ADTOE!
Sebelum mendengarkan ADTOE, tanamkan di kepala bahwa lagu-lagu di album ini penuh dengan kesulitan teknis bahkan bagi musisi terlatih. Perlu mendengarkan beberapa kali untuk dapat mulai mencerna chord progression dan nada-nada yang dipilih DT di instrumental section mereka.
Tanpa MP, proses kreatif DT lebih seimbang. Chemistry antar personnel terlihat dengan jelas di tour Eropa mereka bulan Juli kemarin. Tiap personel berperan andil dalam band dan terlihat menikmati peran tersebut.
Ini bukanlah JP+MP and friends band, ini adalah Dream Theater, beranggotakan 5 musisi progressive virtuoso.
Sound DT dengan di-mixing oleh Andy Wallace juga terasa lebih dinamis dan balance. Banyak yang mengeluh sound drum MM terlalu ketutup di album ini, tapi mungkin itu karena kualitas sumber audionya atau speakernya. Atau, terlalu terbiasa dengan sound drum MP yang memang sangat dominan di album-album terakhir.
ADTOE adalah jawaban bagi keraguan fans yang khawatir atas kepergian MP. Memang, level kreatif mereka tidak bisa disamakan pada zaman 3 album pertama, tapi waktu juga berperan penting di album-album awal tersebut. Materi album-album awal sudah ditulis dan dilatih sejak awal JP, JM, Kevin Moore, dan MP membentuk Majesty pada 1985. Wajar jika banyak jalan pintas dalam proses kreatif ADTOE. DT seakan menjaga keseimbangan dalam segala hal. Musikalitas, lirik, nada vocal JLB, semua diperitimbangkan dengan matang.
Overall, ADTOE memenuhi ekspektasi kapabilitas teknis dan energi positif the new DT.
Sumber : Dream Theater - A Dramatic Turn of Events
Tidak ada komentar:
Posting Komentar